Waktu Dara ngirim pesan, di LA masih jam 10 pagi. Dan gue yakin disana udah tengah malem. Suprised? Big Yes. Karena kita udah ga pernah contact an kira kira 2 tahun yang lalu semenjak gue pergi ke LA buat kuliah. Yep, semenjak kita putus.

Gue kenal dia karena kita ada di sekolah yang sama waktu SMA. And for me, she was the best girl in town that i’ve ever met.

Gue gatau apakah frasa itu gue buat karena emang pada dasarnya gue sedang jatuh cinta atau emang pada dasarnya kepribadian dia selalu gue suka. Tapi, setelah sama dia, gue gapernah ngerasain euforia yang dulu selalu gue rasain kalau bareng dia. Iya, gue tau, karena orang lain itu bukan Dara.

Semenjak putus, gue udah pacaran 3 kali. Dan tiga tiganya kandas dalam hitungan bulan. Bener apa yang dibilang Dara soal ‘don’t try that hard, cause you’ll never' Tanpa dia kasih tau pun gue tau bahwa gue ga akan pernah ketemu sama sosok kaya dia, karena dia Cuma satu.

Wisata masa lalu sedikit, yang duluan gerak adalah Dara. Waktu itu dia sok sok an jadi secret admirer dan nitipin orang buat ngasih gue air mineral sehabis lomba futsal. Besoknya, dia nitipin lagi tapi sama temen gue. Sampe akhirnya gue tau, dan mulai follow akun Instagram dia.

Kita mulai tukar pesan di direct message dan pindah ke imess. Hahaha, we’re such a juvenile indeed.

Pertama kali jadian di eskalator Mall, kencan pertama makan durian, jam istirahat duduk ditangga belakang gedung sekolah, main ke puncak, photobooth, bohong soal rapat osis padahal kita cabut, pagi hari yang tiba tiba ada bungkus nasi uduk di meja gue, roti sobek dan milo kotak, gue yang selalu denger teriakan dia yang paling keras di tribun kalau gue lagi tanding futsal, dia yang loncat dari tribun was was waktu gue jatuh karena terlalu ambisius buat cetak gol yang akan gue hadiahin buat dia, segala galanya di Jakarta, adalah Dara.

Dulu, gue dan dia berbicara seakan akan kita udah di spoiler soal masa depan. Seakan akan disana nanti ada gue dan dia yang akan hidup bersama selamanya. Kita berdua lupa, kalau akhir bahagia Cuma ada di cerita dongeng anak anak. Setelah dewasa, gue menertawakan angan angan itu dan gue yakin, Dara disana juga.

Putusnya kita adalah kesalahan gue, pun Dara. Kesalahpahaman, dan gak adanya lagi kepercayaan satu sama lain.

Tahun pertama gue kuliah di LA, dan dia di Jakarta. Kita harus LDR beda negara dan beda waktu. Gue harusnya menghargai hubungan LDR ini, pun dia. Tapi waktu itu, gue lihat di postingan story Kafin kalau dia foto bareng cowo, dan dulu dia cerita kalau cowo itu pernah suka sama Dara. Gue udah panas dan was was karena chat gue ga dibales dan telfon gue juga gak diangkat.

Gue bukan tipikal orang yang akan marah sampai meledak ledak, pun malam itu, gue gak meledak tapi gue marah. Sikap gue, kata kata yang gue keluarkan seakan akan menyudutkan dia dan berlagak bahwa gue adalah yang paling tersakiti.

Malam itu, karena kesalahpahaman gue, kita berantem sampe gue mencetuskan kata kata yang gue ataupun dia gak mau dengar. Putus.

Waktu itu gue cuman mikir, maybe i need time and she was either. But turns out, Dara had crush on him. Ada hari dimana gue berusaha buat contact dia lagi, tapi gak mau karena gue ngerasa udah dihianatin dan tiba tiba merasa benci. But i couldn’t.

Waktu dia ulang tahun, gue contact dia dan dia bilang maaf. she said maybe, that guy will heals the wound i made. But she was never done with me. So she was not. Jadi kesimpulannya adalah, kita berdua sok sok mencari tempat lain untuk menyembuhkan diri, padahal pada kenyataan kita lari. Kita sama sama belum selesai, sama sama belum berdamai, segala galanya soal Dara masih tentang gue, dan segala galanya tentang gue adalah masih soal Dara.

Tapi gue rasa, sekarang semuanya perlahan selesai.

Kita berusaha balik, i wanted to, so bad. But i can’t. Deep down, udah gaada rasa percaya buat Dara tapi gue gabisa bohong kalau gue mau dia tetep selamanya jadi milik gue. And then, we let the universe to do the rest. Kita udah pasrah sama kenyataan dan keadaan, though that we still craving for each other.

Dan kemarin, dia bilang dia mau nutup semuanya secara properly. Ternyata apa yang udah gue pasrahkan sama semesta jawabannya adalah ini. But then, bahagia dia akan tetap jadi prioritas gue walaupun mungkin disana udah sepenuhnya gaada gue.

Dara sembuh, dengan gak mencari orang lain sebagai obatnya. Dia sembuh dengan dirinya sendiri, dari banyak kenalan gue, gue ngeliat dia udah lebih banyak berbaur dengan orang baru, mencoba hal hal baru yang dulu sempet dia pernah cerita ke gue, dan she is so fine. She gained more confident, bahkan berani buat tampil beda. I am happy for her, truly.

Ciao Adios, my favorite human being. I still let the universe to do the rest of us.