question..?

-

“Tinggal jawab aja kan?”

Hujan diluar sana semakin deras ditengah malam yang lambat laun semakin larut. Orang yang dicecar pertanyaan barusan hanya mampu terdiam tidak berkutik. Jemarinya saling bertaut, sikunya bertumpu pada lutut.

“Wonwoo.. mending kita bahas pakai kepala dingin dulu..”

“Emangnya daritadi aku ada marah sama kamu? it’s just a question, loh?” Lagi lagi membisu. “Kamu tinggal jawab..”

“Kan aku udah jawab? No, I don’t love her anymore.”

Then, how about, did you ever have someone kiss you in the crowded room? Hm?”

-

Mingyu ingat.

Bohong kalau dia bilang malam itu ia ada dibawah pengaruh minuman alkohol. Ia ingat musik apa saja yang memenuhi apartemen Seungcheol malam itu. ia ingat minuman apa saja yang ia teguk malam itu dan ia ingat, bagaimana ia mengutuk dirinya sendiri dan terus menggerutu menyumpahi si pemilik acara pesta pora yang sedang merayakan ulang tahunnya.

Mingyu berdiri, mendekati Seungcheol yang sibuk bercengkrama bersama teman-temannya disudut apart-nya.

“Anjing lo!” Begitu sumpah serapah itu mendarat ketika Mingyu jatuhkan tubuhnya disamping Seungcheol.

“Apa?”

“Lo bilang gak bakal ngundang Ivy, terus itu apa?” Mingyu tutup kalimatnya dengan decakan sebal serta jemari yang terus menerus memijit tulang hidungnya yang tinggi.

Seungcheol terbahak hebat. Masih mampu Mingyu dengar dengan jelas ditengah musik yang mengadu di pendengarannya.

“Mangkanya, move on dulu, baru pacaran lagi.” Seungcheol kalungkan tangannya melingkari leher Mingyu. Sesekali ia angkat gelasnya menyapa teman-temannya yang lain.

“Gue udah moved on..” Jelas Mingyu dengan penekanan yang yakin.

Then it shouldn’t be a big big problem to you, right?” Mingyu benci itu. Mingyu benci alis yang menungkik tajam menghiasi wajah temannya yang satu itu. Tatapan penuh diskriminasi, tatapan yang mampu mengambil alih dunia karena sebuah aura dominan yang penuh disana. “Iya gak? I think Wonwoo is much more lah than her. Gak ada apa-apanya Ivy dibandingkan Wonwoo..”

It’s not about comparison, bro. Gue juga tau dari kapan tau kalau Wonwoo is much more than her. Tapi gue gak nyaman aja harus ada di satu ruangan yang sama lagi sama dia..”

“Kenapa? Lo takut tiba-tiba kenangan lo bareng Ivy muter lagi terus keinginan lo buat bareng sama dia bikin lo gak tahan terus—”

Man, you better stop.” Mingyu lepaskan paksa tangan Seungcheol yang bermenit lagu melingkar di lehernya.

“Gue gak ngundang dia.” Jelas Seungcheol. Kali ini meneguk habis minuman yang berada di cup plastic berwarna merah dan mulai mengambil jajanan ringan yang tergeletak tidak tersentuh diatas meja. Dengan alis yang mengkerut hebat, Mingyu alihkan pandangannya kepada Seungcheol. Digerogoti rasa bingung.

“Terus?”

Seungcheol dekatnya bibirnya menuju telinga Mingyu. “Lo tau kan, kalau Ivy has an affair with Joshua? While Ivy is Iren bestest friend ever?”

“Gua gak ngerti maksud lo..” Alis itu semakin mengkerut dan raut wajah Mingyu mampu menjelaskan bahwa ia bingung. Sangat bingung.

“Yang berarti, Ivy gak bisa ngapa-ngapain karena most of the time, Iren selalu bareng sama Ivy. Iren gak bakal mungkin datang kemari karena dia mantan gue dan gue gak ngelarang siapapun buat datang di pesta gue malam ini.” Jelas Seungcheol. Bersamaan dengan manik mata keduanya yang berfokus pada lelaki bernama Joshua disana.

“Gue sama Joshua akan selalu fine-fine aja to know that we, once, have the same girl we were dated. I mean, laki-laki biasa aja kalau soal begituan. Cewe ini yang akan selalu banyak drama—”

“—Wait.” Potong Mingyu dengan cepat. “Lo tau kalau Joshua selingkuh?”

“Hmm..”

“Dan lo diem aja?”

“Lo mau ngarepin apa? Iya gue tau. Tapi bukan ranah gue untuk membongkar itu semua. I mean, sepandai-pandainya tupai melompat pasti bakal jatoh. Gua gak mau terlibat dalam urusan itu dan biarin aja mereka tau dengan cara mereka masing-masing..”

Mingyu diam cukup lama. “Lo bangsat juga gua liat-liat..”

I’ll take that as a compliment, ya Gyu..” Seungcheol terbahak. “Jadi, gue bilang sama Joshua kalau I’ll have a small party at my apart and like I said, gue gak ngelarang siapapun yang gue undang untuk membawa siapapun. Now, Ivy is your problem, not mine..”

“Anjing memang bakalan selalu anjing..”

Semakin larut, musik yang memenuhi apartemen Seungcheol juga semakin tinggi intensitas suaranya. Mingyu sendiri, menghabiskan beberapa gelas minuman dalam cup plastic berwarna merah itu tanpa melakukan apapun.

Tapi ia tidak bohong, kalau manik mata perempuan yang dulu ia cintai itu sering bertemu miliknya. itu sebabnya ia memilih duduk sendiri, mengambil tempat yang jauh dari kerumunan orang yang terus menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik. Padahal, sebelum berangkat dari rumahnya, sudah ia bayangkan bagaimana ia akan menguasai malam di pesta itu dan berencana memabukkan dirinya sendiri mengingat tanggung jawab pekerjaannya belakangan ini sedang dalam tahap gila-gilaan.

Mingyu harus memutuskan hubungannya dengan Ivy ketika ia tau perempuan itu malah menjalin hubungan yang lain dengan seorang pria yang sudah beristri. itu juga jadi alasan mengapa Mingyu tidak terlalu terkejut mendengar bahwa lagi-lagi perempuan itu kembali menjadi simpanan. Kali ini, rekan kerjanya yang berbeda divisi, Joshua. Dan parahnya lagi, mengkhianati sahabatnya sendiri.

Tapi mungkin, masa-masa terpuruknya jadi sirna ketika ia menemukan Wonwoo yang sewaktu itu jadi penanggung jawab kerja sama atas perusahaan tempat ia bekerja dan perusahaan Wonwoo sendiri. Melihat bagaimana etos kerja yang dimiliki Wonwoo, pantas saja reputasinya harum diseluruh divisinya maupun seluruh divisi di perusahaan Mingyu.

Seungcheol terbahak hebat kala itu ketika mengetahui bagaimana Wonwoo menerima pengakuan cintanya. Seungcheol bilang : “Wonwoo yang apes dapet lo..”

Tapi melihat bagaimana cara Wonwoo mencintai, menghargai segala keburukan yang membangun Mingyu, membuatnya menyadari bahwa selepas sakit yang harus ia lalui, ada kebahagiaan yang menyambutnya dikemudian hari.

Lamunan barusan mendadak sirna ketika yang Mingyu dengar adalah suara pecahan barang pecah belah serta suara kulit yang beradu kulit yang mendadak membuat ruangan sunyi seketika.

“Lo memang laki-laki bangsat, Jo.” Itu yang sedikitnya Mingyu dengar ketika ia mulai berjalan mendekat. “Dan lo!” Iren. Tiba-tiba ada Iren disana dan tangannya yang mengudara hendak menghadiahkan sebuah tamparan pada sosok perempuan familiar itu.

“Ren..”

Mingyu mungkin salah menjadikan dirinya sendiri seorang pahlawan kesiangan. Maksudnya, untuk apa? Untuk apa ia tahan tangan Iren yang hampir mendarat di pipi yang dulu rajin ia hujani kecupan kecil. Ivy bukan lagi masalahnya. Kalaupun tamparan itu mendarat, yasudah. Bukannya harusnya begitu? Maka Mingyu landaskan aksi heroiknya barusan sebagai rasa kemanusiaan. Entah kemanusiaan semacam apa.

Joshua dan Iren hilang di balik pintu, meninggalkan Ivy yang menangis entah karena apa. Padahal, dirinya yang sekarang sedang mengambil peran antagonis.

Dari situ kemudian semua dimulai. Hasrat ingin menghadiahkan bahu untuk direngkuh seperti dulu. Hasrat untuk melupakan yang disana, yang sedang terduduk mengemban percaya. Bahwa yang sedang berpesta pora meramaikan malam, mampu kembali dengan tangan bersih tanpa noda.

Mingyu salah. Ia belum selesai.

-

Then, how about, did you ever have someone kiss you in the crowded room? Hm?”

“Wonwoo..” Dan Wonwoo benci itu. ia benci laki-laki dihadapannya ini terus memanggil namanya tanpa rasa berdosa. Ia lupa, ia telah menjadi seorang party popper dengan menghadiahi ciuman di bibir perempuan itu. ia lupa, ia antarkan si gadis pulang. Ia lupa, ia hampir kehilangan kendali dan meminta lebih.

“I can’t genuinely heard it, Won. They almost having sex at Seungcheol’s Apartment. And talks about something like.. balikan? Aku cuma denger Mingyu yang bilang soal kenapa Ivy selalu mengharapkan laki-laki yang selalu nyembunyiin dia. Padahal Mingyu bisa kasih lebih. I’m so sorry but I’m not really sure about their convo but the Instagram Story was true. The way they kissed each other..”

Kalimat yang Wonwoo dengar dari salah satu temannya yang jadi saksi mata di tempat kejadian perkara terus berputar. Apalagi ketika banyak DM yang masuk ke Instagramnya dan mulai mencecarnya dengan pertanyaan : “Udah putus lo? Kok si Mingyu ciuman sama cewe lain? Mantannya bukan sih itu?” atau “Wonwoo? Are this even real? Mingyu and Ivy?”

Ketika itu Wonwoo sedang asik menyelesaikan pekerjaan kantornya sembari mendengarkan satu album penuh milik The 1975, Being Funny in a Foreign Language yang baru saja diliris. Seketika itu, jantungnya jatuh dan perlahan sakit itu merambat menggerogoti seluruh tubuhnya.

“I saw it. The way they were clapping because you kissed her.” Suara Wonwoo mendadak parau. “What did you do?” Mingyu kissed her more. “You kissed her more..”

Wonwoo tidak bisa mengharapkan penjelasan apa-apa dari laki-laki yang terus tertunduk dihadapannya. Wonwoo yakin tidak ada alasan yang akan ia jelaskan karena semuanya masuk akal bahwa apa yang ia lakukan memang benar adanya.

“I was drunk—”

“YOU. DROVE. A. CAR. Mingyu. Dia sampe dirumah dengan aman and so did you. You were drunk you said?!”

Checkmate.

“You still love her, do you?” Mingyu menghela nafas, bersamaan mulutnya yang berdecak dan posisinya yang kini berubah. “You wish you’d put up more of a fight, you wish you could still touch her.” Kini Mingyu mengacak rambutnya frustasi. Ia bangkit. Melangkah dan meninggalkan jarak barang satu senti didepan wajah Wonwoo. Cahaya matanya sarat makna. Wonwoo tidak mampu mengartikannya apa. Marah, sedih, kecewa. Serta alisnya yang ikut jatuh.

“I do love you and I can’t deny, Wonwoo. But having her as my past..” Mingyu tarik nafasnya pelan. “Gak bisa bikin aku nutup mata soal segalanya yang udah aku laluin sama dia—“

“—am I a joke to you, Mingyu?”

“Who said you are a joke to me?”

“YOU KISSED HER!”

“AND I CAN KISS YOU RIGHT AWAY!”

“SINTING!”

Bantingan pintu yang mampu menggetarkan seluruh kamar Mingyu kala itu membuatnya tersadar, bahwa ia belum sepenuhnya selesai dengan masa lalunya. Bahwa ia tidak seharusnya memulai dan kini membawanya menuju pada kehancuran. Mingyu kehilangan masa lalu bersamaan dengan masa depannya.

Mingyu brengsek. Dan ia dalam keadaan sepenuhnya sadar setuju akan hal itu.

-

(“How about, started it all over again?”

“No.”

“We kissed, Ivy.”

“So what, Gyu? I can kiss a stranger right now and didn't change a thing. Aku bisa cium selingkuhanku beratus-ratus kali tanpa perasaan. What did you expect?”

“You played well.”

“No. You played well, Mingyu. Poor Wonwoo.“)

It's just a question.