Kamarnya hanya berukuran 3 x 5 meter, tapi disana penuh dan engap. Pasalnya semenjak 30 menit yang lalu, ada 4 orang yang datang tiba tiba tanpa aba aba. Kini, tertotal ada 6 orang yang hanya duduk saling diam dan melempar tatap, terutama si 2 persepupuan.
“Oh, jadi kalian kembar?” Yang ditanya diam saling melempar tatapannya, kemudian salah satunya mengangguk, Lara.
“Yang gue lihat di ACE kemarin si Lara?”
“Yang gue lihat di alfa berarti Dara?”
Dara, memutar bola matanya malas kemudian membuang nafas “Iya”
“Terus nih lo berdua sodaraan gitu?” Ini giliran Dara yang bertanya.
“Dara, kak Davra lebih tua dari kita” Bisik Lara. Yang dibisiki acuh.
“Iya, kan gue Anadipta, yang itu Pradipta”
“Lo tau Ji kalau mereka kembar?” Davra menyikut lengan Jivan.
“Ya tau lah, orang si Kafin ama si Dara ga pernah lepas yakali gue gatau kalau si Dara punya kembaran”
Lagi lagi semuanya diam.
“Udah deh ya, semesta emang hobinya bercanda, jadi gausah yang kaget ampe bola mata lo semua mau keluar. Kaya gapernah liat anak kembar aja, iyega?” Kafin mengangkat dagunya dan meminta validasi dari Dara, tapi yang dimintai lagi lagi membuang nafas dan beralih mengambil ponselnya.
“Yang kemarin, makasih” Lara tersenyum menuju pada Mahen, mengingat berhari yang lalu sang pria sudah menolongnya mengambil vas bunga yang sekarang sudah terduduk rapi di kamarnya.
“Iya, sama sama”
“Udah, ini si Dara cuman diare doang terus gue juga cuman mau nganter obat, sekarang cus kita lesgo pulang” Kafin bangkit dari duduknya, yang lain mengangguk mengiyakan kemudian pamit dan keluar dari kamar, kecuali satu orang.
“Lo nunggu gue usir apa gimana?”
“Cepet sembuh”
“Yaelah, Hen. Diare doang”
“Ya Diare kan juga sakit namanya”
“Iya. Udah sana, ntar lo ditinggal si Kafin mau pulang naik apa?”
“Didepan ada mobil dua motor satu”
“Diare gue, ntar bablas ditengah jalan”
“Yaudah, gue balik. Lara, balik ya. Salam kenal” Mahen melambai pada Lara dan dibalas lambaian kecil.
“Gue balik, Dar”
“Iya”
Mahen menghilang dibalik daun pintu, menyisakan si kembar yang masih terduduk dipinggir kasur.
“Temen kamu?” Dara menyunggingkan senyum.
“Iya, Ra. Aku gak nyangka aja ketemu nya bisa ketuker kaya gitu, hahaha” Dara terbahak, diikuti kekehan kecil dari Lara.
“Deket banget ya, sampe bisa seakrab itu?” Dara tersenyum mengangguk pelan sambil menatap kosong lantai kamarnya.
“Lumayan” Lara mengangguk. Memainkan buku buku jari nya sambil tertunduk.
“I wish that it was me”