Jenkins mengacak pinggang, mengacak rambutnya. Sedang diluar sana riuh antara suara piring, langkah kaki dan lain sebagainya. Geoffrey’s, hari ini membludak.

You guys sure don’t have any other friends?”

Mark ikut mengacak pinggang, berfikir. Apron berwarna coklat gelap itu cocok terikat di tubuhnya. Di sampingnya ada Vernon yang sibuk mengotak atik layar ponselnya, berusaha mencari nama yang bisa di hubungi untuk sekiranya mau ikut basah dalam agenda pertemanan ini.

“Jenkins! We need 3 plates of Caramel Dessert!” Teriak Nadit dari pintu dapur.

I said that Caramel Dessert was out, Nadit.” Nadit memutar matanya.

“Jenkins!” Kali ini Somi yang berteriak.

Why is it always Jenkins?” Kini Jenkins memijit pelipisnya.

“Okay, kita kerahkan semampunya aja, panggil Samantha buat ke dapur.”

“JENKINSS!”

WHAATT WHAATT WHAAATTTT?!!!” Nadit muncul kembali di ambang pintu.

I think we have another hand.”

Mata ke-empatnya di ikuti mata Jenkins membulat sempurna, ketika melihat Mingyu berdiri di depan pintu dapur.

Need hands?”

YESS BROTHER WE REALLY NEED YOUR HANDS!” Jenkins melempar satu apron dan cepat di tangkap oleh Mingyu.

“Kim? Are you fucking kidding me?“

Language, Vernon.”

No. I mean, kamu ngapain disini?”

He said that you are all need another hands?” Mingyu sibuk memasang apron nya. “So here I am.”

Rahang Somi dan Nadit tidak mampu tertutup. “I think he likes you, Nadit.” Bisik Somi.

No. He just.. Trying to help us.” Kini Nadit bergerak mengambil lembaran Menu di sampingnya, meninggalkan Somi dan teman-teman lainnya, juga Mingyu yang menatap punggung si gadis yang semakin jauh ke ujung sana.

“Samantha! Jenkins needs your help in the kitchen!” Samar dapat Mingyu dengar Nadit yang berteriak.

How about the waiting staff?

We already have one.” Dari kejauhan, dapat Mingyu lihat Nadit yang menunjuk ke arah dirinya.

Don’t screw up.” Mark menepuk bahu Mingyu, mengambil beberapa lembar Menu dan berlalu.

“Yep. Don’t screw it up, Kim.” Ulang Somi, dirinya memasukan satu permen karet ke dalam mulutnya.

Want some?” Dirinya menawari, namun dibalas gelengan dari Mingyu.

Good luck.” Kali ini Vernon yang berlalu, menggerakan tukainya dengan cepat ke seluruh penjuru restoran.

They are really think that i couldn’t do this simple things? Ah.. Dasar remaja.”

Simple, kata Mingyu berpuluh menit yang lalu, namun dirinya lupa, bahwa bekerja di restoran, 180 derajat berbeda dengan bekerja di kantornya.

“Kim!”

“Kim!”

“Kim! I need your help!”

“Kim!”

Berkali kali namanya diteriakan, dan dirinya sendiri, kewalahan.

“Mingyu?” Kali ini, panggilan berbeda menyambangi pendengarkannya, Nadit.

“Istirahat aja kalau capek.” Mingyu menggeleng.

You think that i can’t handle this?” Dirinya tertawa kecil, dengan nada sedikit menyombongkan diri. Nadit tertawa.

No.. maksudku, If, Mingyu. Kamu gak perlu nyusahin diri kamu kaya gini. Bayarannya juga gak seberapa.”

“Ini bukan soal bayaran, Nadit. this is about how you can count on your friends, look at them.” Mingyu menunjuk Vernon dengan dagunya, di ujung sana, dengan sigap ia mencatat pesanan.

Them..” Balas Mingyu lagi. Kini, mata Nadit panas melihat bagaimana dengan semangat teman-temannya membantu dirinya.

And me..” Mata Nadit beralih, pada sesosok laki-laki yang saat ini sedang memegang nampan berisi beberapa gelas jus. “You can count on me..”

I don’t really like this, Mingyu.” Mingyu mengerutkan alisnya, meletakkan nampannya sejenak.

Why?”

Nadit menggingit dalam bibir bawahnya, menatap bagaimana teman-temannya dengan semangat yang menggebu berjalan kesana dan kemari.

You all get tired because of this..” Kini Nadit menunduk.

Look at me,” Mingyu bersuara. “I’m stronger than you think.” Ia menyunggingkan senyum kecil, mengangkat kembali nampannya. “Need to go to work, you too.” Ia berlalu kemudian.

Nadit tersenyum menekuk bibir, memperbaiki poni nya yang menutup dahi, kemudian dengan semangat kembali berjalan menyusuri tiap sudut restoran, kembali bekerja.

-

Geoffrey’s mendadak sepi, ke-lima orang ini kemudian mengistirahatkan tubuhnya di satu meja bulat. Menyandarkan bahu ke kepala kursi dan menatap langit langit, sesekali membuang nafas.

That was..” Gumam Vernon. “..Amazing!”

That was, indeed.” Mark menyambung pernyataan Vernon, sedikit terbahak.

“Sumpah, tadi aku dapet orang yang kebanyakan nanyaaaaa melulu, ujung ujungnya cuma pesan Lobster tail.” Somi memutar bola matanya.

“Aku dapet anak kecil yang numpahin es krim coklat ke sepatuku.” Vernon mengangkat sepatunya yang berwarna Khaki, benar benar diselimuti warna coklat di beberapa bagiannya.

“Kalau aku tadi dapet cowo yang berjam jam cuma aku isi air putih doang gelasnya, terus dia pergi. Aneh..” Tawa kemudian pecah ketika Mark bersuara.

“Kayanya dia di putusin.”

“Atau perasaannya di tolak.”

“Jangan jangan, pacarnya kenapa-napa lagi mangkanya dia pergi?”

“Ih! Jangan gitu.” Kemudian tiba tiba jadi hening. Nadit hanya ikut tertawa mendengar cerita teman-temannya, pun Mingyu, yang hanya melipat tangannya di dada dan ikut terkekeh menatap pemandangan di hadapannya.

You guys are truly amazing..” Sahut Mingyu.

We are.” Somi kini melipat tangannya di depan dada, mengangkat alisnya sebelah.

You? Yea. Plus your annoying side. Truly amazing..” Mark menatap sinis perempuan yang duduknya di pisahkan oleh Vernon.

Please. Kita ini capek, jangan berantem terus. Memangnya kalian gak capek? udah capek malah berantem lagi?” Vernon memijit pelipisnya.

Guys..” Jenkins muncul dari belakang, membawa beberapa amplop. “Thank you.” Ia meletakannya di atas meja. “You guys are the bestest i’ve ever worked together with. Kapan kapan lagi ya.” Dirinya kemudian berlalu, meninggalkan kelimanya yang malah menatap amplop tadi.

“Ehem..” Deham Vernon. “You can take it, Nadit. Mine, Mark’s and Somi’s.” Mark tersenyum kecil di ikuti Somi.

You can take it.” Bisik Somi kecil.

“No.. Aku gak suka kalau kaya gini..” Balas Nadit mengerutkan alisnya, ada perasaan sedikit kesal di dalam hati nya.

Take it for your number 1 priority, Nadit. We truly meant it. Kecuali, your number 1 priority is this man,” Vernon menggerakan bola matanya ke arah Mingyu, dan mendapat tawa kecil dari yang dimaksud. “I’ll throw you to that fucking beach!”

Language, Vernon.” Mingyu, mengingatkan. Dirinya kemudian membenarkan posisi duduknya, menyodorkan amplop kertas coklat tadi ke arah Nadit. “You can take mine too.”

“Aku marah sama kalian kalau kaya gini.” Nadit menunduk, tidak mau menatap teman temannya, dan juga Mingyu.

It’s okay. Really.” Mark menepuk bahu Nadit.

Kini, kelima amplop ada di hadapan Nadit. Ada perasaan marah dan haru di dalam hatinya. Marah karna sejujurnya, dia tidak mau jadi hal yang membuat teman-temannya ikut terjun dalam hal semacam ini, ia bukan seseorang untuk di kasihani. Dan untuk perasaan haru, dirinya bingung, harus menemukan teman seperti mereka dimana lagi di sudut dunia ini. Maka, Nadit menangis.

I do really mad at you all.” Dirinya mengambil cepat amplop tadi dan membukanya. Mengambil beberapa lembar dan meletakkannya di hadapan masing-masing.

“100 Dollar, buat kerja keras kalian.” Nadit menyeka air di sudut matanya.

“OMG! I got my paid for the first time.” Vernon berseru.

Me too.” Mark tertawa.

We should have a dinner, okay.” Ketika Nadit akan bangkit untuk memanggil Jenkins, tangannya di tahan oleh Mingyu.

We will have a dinner, and all of you can keep that money. Aku yang bayar.” Mingyu kemudian menggeser 100 Dollar yang sempat di sodorkan oleh Nadit tadi. “You can keep it.”

“No. Kamu tetep harus di bayar mau seberapa ker—“

“Aku dibayar jutaan dollar, Nadit. Keep it.” Mingyu tertawa kecil dengan nada bercanda. Dirinya kemudian mendapat lemparan kertas permen karet.

“Dasar orang sombong.” Vernon tepat di depan nya sedang mengunyah.

“Kamu bayar makan sendiri.”

“BERCANDA!”