Hidup gue di keluarga ini sebenernya ga pelik pelik amat. Kita selalu menjalin hubungan kekeluargaan yang kalau boleh gua bilang itu ya harmonis. Bokap gue anak paling kecil, dan bokapnya Jeonghan adalah abangnya bokap gue.

Dari kecil, dari gue masih ingusan dan dekil, Jeonghan, Jisoo dan Chan adalah temen gue. Kita udah bukan lagi sekedar sodara, bahkan gue gabisa nemuin kata yang ada diatas itu. Intinya, ikatan persepupuan ini kencang banget.

Kak Jeonghan 2 tahun diatas gue, Jisoo adiknya Kak Jeonghan sebaya sama gue sedangkan si Chan, dia ini kayanya anak salah bikin deh, soalnya dia 7 tahun lebih muda dibawah gue dan Jisoo. Jadi waktu kita main di sawah pas umur 5 tahun dia gaada. Masih ngawang entah dimana.

Rumah Kak Jeonghan lebih gede dari rumah gue, jadi dulu pas masih kecil gue selalu minta bokap ngantarin ke rumah Kak Jeonghan supaya gue ada teman, karena gue adalah anak tunggal. Kadang kalau udah jam 10 malam, kalau besok gue sekolah dan harus pulang, gue ngerasa ada lobang gede banget di dada gue. Kosong melompong. Gue selalu berharap kalau gue bisa tinggal selamanya aja sama Kak Jeonghan dan Jisoo kala itu.

Kalau lagi main bertiga dulu pas kecil, setiap omongan orang pasti menujunya ke gue. Misalnya gini, kalau gue, Jisoo dan Kak Jeonghan lagi jajan ke kedai terus ditanya, “Ini adenya Jeonghan juga?” Jeonghan akan langsung merangkul gue dan ngangguk mantap ke tukang jualannya. Tapi kemudian akan ada pertanyaan yang muncul seperti ini “Kok beda?”

Jeonghan dan Jisoo itu putih banget kulitnya mulus walaupun main layangan sama gue. Sedangkan gue ini tu kulitnya pas kecil item ditambah gue udah kacamataan dari semenjak SD. Sumpah memang kalau gue liat liat lagi foto masa kecil kita, gue kaya bopung yang lagi main sama anak kota. Jelek banget.

Tapi kalau seandainya Wonwoo yang sekarang ada di saat saat seperti itu, maka gue ga akan takut buat sleding kepala yang nanya sambil teriak “NAMANYA BEDA NYOKAP, YA BEDA LAH” Atau ga “NAMANYA BEDA SEL TELUR, YA BEDALAH!” Cuman karena dulu gue masih umur 5 tahun dan ga paham sama sistem reproduksi, ya gue diem aja.

Tapi sekarang gue udah ganteng. Beneran. Liat aja feed instagram gue kalo lo semua ga percaya. Kalau ada acara kumpul keluarga, yang bakal gue denger dari sodara sodara adalah “Produknya ga pernah gagal ya” Paham ga lo tuh? Paham lah. Jadi intinya, gue, Jeonghan, Jisoo dan Chan ga beda alias semua ganteng. Titik.

Gue, Kak Jeonghan dan Jisoo sekolah di SMP yang sama. Asik banget dah sumpah pokoknya. Gue ga segan kalau harus gabung sama temen temennya kak Jeonghan dan temen temennya kak Jeonghan juga udah tau kalau gue ini sepupunya bahkan udah kaya adek sendiri.

Jujur aja, walaupun gue sebaya sama Jisoo, gue lebih deket sama Kak Jeonghan. Karena dia adalah orang yang selalu terbuka dan senang merangkul, beda dengan Jisoo yang anaknya terlalu diam dan kacau banget kalau harus digabungkan dengan gue yang kaya gini.

Jadi, waktu itu gue cerita ke Kak Jeonghan bahwa gue suka sama temennya. Kak Seungcheol.

Gue selalu dengan semangat yang menggebu gebu bercerita tentang Kak Seungcheol. Gue rela sore sore cabut dari bimbel demi nonton Kak Seungcheol main basket dan setelahnya gue ga pulang kerumah malah ke rumah kak Jeonghan.

Dikamarnya, gue yang belum mandi dan masih pake baju sekolah, rebahan diatas kasurnya menghadap langit langit kamar dengan dia disebelah gue merhatiin dengan seksama. Gue ceritakan perangai Kak Seungcheol tadi saat bermain basket, gue ceritakan betapa kerennya dia saat memasukan bola kedalam ring dan mencetak nilai, gue ceritakan betapa kerennya saat ia berlari dan mengkode teman sesama timnya untuk memberikan bola padanya, gue ceritakan betapa manis senyumnya, gue ceritakan saat keringat jatuh di pelipisnya, gue ceritakan Kak Seungcheol kepada dirinya, seakan akan dunia gue hanya ada Seungcheol, Seungcheol dan Seungcheol.

Kepada kak Jeonghan lagi, gue ceritakan bahwa pada hari Valentine, gue berikan dirinya sebungkus coklat. Gue ceritakan lagi bahwa pada pelepasan siswa kelas 3 saat itu pada masa SMP, gue berikan ia hadiah. Dan kami berfoto bersama, berdua.

Itu jadi foto pertama dan terakhir bagi gue bersama kak Seungcheol, karena ternyata pada awal masuk SMA, gue menemukan fakta bahwa Kak Jeonghan, menjalin hubungan dengan Kak Seungcheol.

Sekali lagi gue terangkan, kak Jeonghan adalah yang paling bersinar, sedangkan gue akan selalu berbeda. Ia mungkin gabisa menghitung dengan jari ada berapa banyak orang yang menyukainya semasa sekolah dulu, sedangkan gue akan selalu mengepalkan tangan tanda bahwa menghitung dengan angka 1 saja akan sulit.

“Dek, Seungcheol itu suka sama Jeonghan, loh? Kamu gatau?” Harusnya waktu itu, saat temannya Kak Jeonghan bilang seperti itu, gue harusnya sadar dan mundur. Diluar status bahwa secara tidak langsung kami ini sedarah, gue gaakan pernah bisa dan mampu untuk melompati Yoon Jeonghan. Karena dia selalu dan akan selalu menjadi yang paling bersinar.