Day 457, Present.

Aku membanting tubuhku ke kasur, menenggelamkan wajah diatas bantal, kemudian berteriak. Alasannya apa? Kacau, semua kacau.

Ingat sepenggal lirik dari lagunya Taylor Swift yang berjudul All too Well? And I know it's long gone and that magic's not here no more. And I might be okay but I'm not fine at all.

Aku tidak akan pernah baik baik saja, aku hanya terlanjur terbiasa.

Aku akhirnya bertemu Mingyu setelah kekacauan yang terjadi kira kira setahun yang lalu, sudah lama sekali. Tidak ada yang berubah, yang berubah hanya perasaannya padaku dan mungkin sebentar lagi status. Amplop undangan yang berjam lalu ia berikan kepadaku aku buang kedalam tong sampah dikamarku.

Tidak, aku tidak akan datang ke acara pernikahannya.

Hari ini sudah terlanjur aku labelkan sebagai hari yang buruk bagiku. Mantanku yang mengumumkan pernikahannya tepat didepanku, berjam yang lalu Wonwoo mengabarkan bahwa mobil dinas yang akan berangkat ke Bogor ternyata penuh dan menawarkanku pergi bersamanya dengan mobil pribadi, dan besok, hari ulang tahunku.

Apa yang harus aku harapkan dari sebuah ulang tahun untuk kali ini? Tidak ada.

Setelah mandi, aku memutuskan untuk tidur lebih cepat. Seminggu belakangan aku terlalu sibuk memikirkan pekerjaan, jadi untuk weekend kali ini, akan aku habiskan dengan bangun kesiangan dan mungkin besok menghabiskan waktu dirumah sambil menonton serial netflix yang belum sempat aku tonton.

Pukul 23.57, angka di layar ponselku dan pesan Wonwoo yang belum aku balas semenjak tadi.

Aku memejamkan mata meringkuk dibawah hangatnya selimut dan memeluk guling. Senyap, tapi pikiranku berisik, tidak mau istirahat dan tanpa sadar ada bulir bulir air mata yang jatuh dari sudut mataku.

Apa yang kamu pikirkan? Mingyu yang akhirnya akan menikah? Atau ulang tahunmu yang akan jadi kacau? Atau Wonwoo? Apa? Kenapa menangis? Aku.. Hanya ingin menangis, itu saja.

Pukul 00.01, aku yang tak kunjung terlelap terkesiap karena notifikasi ponselku yang terus berbunyi. Ucapan selamat ulang tahun dari teman temanku, dan Wonwoo.

‘May you be a brave girl as brave as starting a new things that you are afraid of’

‘For Example?’

‘Me’

Damn.

Pintu kamarku kemudian berdecit.

“Selamat ulang tahun anak kesayangan Bunda!” Ayah merangkul pundak Bunda yang sedang memegang kue. Cahaya lilin mengiluminasi wajahnya, keduanya mendekati kasurku.

Ayah menciumi puncak kepalaku berkali kali, mengucapkan selamat ulang tahun dan Bunda yang terus menerus mengecup pipiku kanan dan kiri berkali kali, sampai aku harus merengek “Udah Bunnnn” membuat keduanya terkikik geli.

“Wishnya buat aku apa?” Tanyaku.

Bunda mengusap pipiku, tersenyum. Sedangkan Ayah masih berdiri di sisi kanan kasur, mengusap bahuku.

“Nak” Kata Bunda. “Bunda bangga sama kamu, makasih ya udah mau bertahan di semesta yang terkadang gak bersahabat ini, dan makasih udah milih Bunda jadi Ibu kamu. Mau umur kamu 30 tahun, 40 tahun, kamu tetep anak 15 tahun di mata Bunda..” Mataku perih, tenggorokanku tercekat. Bunda menempelkan dahinya di dahiku.

Kali ini giliran Ayah yang berdiri diatas lututnya, mendongak menatap wajahku. “Dek” Panggilnya. Aku mengangkat alisku. “Selamat ulang tahun, maaf ya tahun ini cuma ada Ayah dan Bunda yang ngerayain ulang tahun kamu”

“Ayah..” Cicitku. Aku pecah. Kupeluk dua insan manusia dengan segudang cinta yang selalu mereka hantarkan untukku. Segalanya selalu baik baik saja perihal Ayah dan Bunda, dan semuanya akan selalu dan selalu lebih cukup dari apapun.


Aku beringsut diatas kasur, cahaya matahari mulai terlihat dari celah gorden kamarku, dan aku mengawang menatap plafon kamar, bersiap mengumpulkan sisa sisa nyawa untuk bangkit dari kasur.

“Dek!! kamu nerima paketan nih!”

Hah?

Aku terdiam diatas kakiku dengan sebuah kotak yang aku peluk. Benar bahwa ini untukku, dan benar penerimanya atas namaku. Lenggang.

“Dek? Kok bengong?”

“Hm?” Aku menoleh, ketika Ayah sadar bahwa aku mematung dalam diam dan melamun memikirkan isi kotak ini.

Sama seperti beberapa tahun yang lalu, dan aku takut. Takut bahwa kejadian yang sama harus terulang kembali. Takut kalau aku akan menangis, takut kalau ada sebuah barang yang harus mengiris hatiku, takut dan takut. Aku takut siklus itu kembali lagi. Aku bawa kotak tadi kekamarku, meletakkannya dilantai dan aku duduk diatas kasur sambil menerka nerka, siapa pengirimnya dan apa isinya.

Lama aku mengawangkan pikiran kemana mana, tanganku yang ikut bergetar dan jantung didalam sana yang berdegup dengan tempo yang tak lagi sama seperti biasanya. Ia memompa darah terlalu cepat sampai sampai rasanya kepalaku ingin meledak.

Aku mencari cutter dan aku buka perlahan, kemudian kutemukan sebouquet dried flowers didalamnya, dan sepotong surat.

‘I hope you learn how to let go.

I hope you learn how to let go of the anxiety you hold so closely in your chest. I hope you learn how to let go of the sadness you hold in your arm, and I hope you learn how to let go of the chaos you made, or somebody had been made. You are a real human and still living to breathing in this world, who is healing, moving through season of beauty and season of change each and every single day. Your day and every path you take will never be perfect, will never be faultless, but it will be real. It will be honest and I hope, you learn how to embrace that.

I hope you learn to open to this uncertain world, how to let love pour into your life. We often protect ourself and hold our feelings back because we are too afraid of what might happen in the near future, we silence our voice, we tie our souls and in the end of the day, we feel alone.

I Remember what John Green and David Levithan once wrote on their book, Will Grayson, Will Grayson, “Maybe there are something you are afraid to say, or someone you are afraid to love or somewhere you are afraid to go. It’s gonna hurt. It’s gonna hurt because it matters” So, I hope you learn how to let go of your fear and let it matters.

I hope you learn how to remind yourself that there is nothing wrong with vulnerability, fragile, and with being a human. I hope you learn how to let go of the pain, and I hope you learn how to sharing your heart with this world.

So I present you this dried flowers as your born day present and as an epitome to open a gate to start finding yourself, you are lost for so long season and I hope you find a way. Happiest Birthday, I love you, indeed. As a Wonwoo, always.

—With love, WW.