Day 30, the rain and those puddles.

Hari ulang tahun perusahaan, berpuluh pegawai berisik mengangkat gelas dan bagaimana sendok dan garpu saling beradu diatas piring, malam itu berisik dipenuhi canda dan tawa dan sahut sahutan suara.

“Lo liat deh, kepala departemen kita..” Ryujin, yang sekarang jadi teman akrabku di kantor.

“Pak Wonwoo? Kenapa?”

“Ganteng..” Ia tertawa, dan aku yang menggeleng kepalaku melihat tingkahnya. Ryujin kemudian melahap makanan didepannya, sambil tersenyum.

“Lo suka?” Ia menggeleng dan menelan makanannya cepat cepat.

“Gabisa digapai dia mah..”

“Kenapa gitu?”

He got everything

“Contohnya?”

“Ganteng, kaya raya, mobil mewah, jabatan, anything” Aku mengangguk “Oh satu lagi!” Sambungnya.

“Apa?”

“Wangi!” Aku tertawa.

Well, he doesn’t have a girlfriend, it means he is not that perfect. Go get him” Aku menyeruput minumku.

“Lo yakin dia gak punya pacar?” Mataku dan Ryujin kemudian fokus kepada subjek pembicaraan. Aku acuh, mengangkat kedua bahuku kemudian lanjut menyantap makanan.

“Gak mungkin kaya dia gak ada pacar..” Sambung Ryujin.

Yep.. Bener juga. Buutttt” Kataku. “You won’t get a valid answer if you don’t try to find it

“Gila kali, gak ah”

Try it, Ryu”

Nope, Pak Seungcheol lebih hot dibanding dia.. Tuh lihat”

“Kepala Accounting ya?”

Yes.”

“Keliatan kaya udah punya istri”

“Mulut lo”

“Dia bukan sih yang sering jadi bahan gosipan anak anak departemen? Karena bermasalah melulu?”

“Itu dia, bad reputation

“Aneh banget” Ryujin kemudian menegak habis minumannya. “Watch me to get him..”

“Yakin?” Tanyaku, ia mengangguk. “Kenapa harus gak yakin?”

“Kalau ternyata udah punya istri?”

“Jadikan aku yang keduaa~”

“Gila, Ryu..”

Pukul 09.00 malam, hujan mengguyur kota dan sialnya, mobilku diparkir jauh dari restoran dikarenakan parkir terlanjur penuh saat aku datang. Ryujin sudah duluan kembali, meninggalkan aku sendiri didepan restoran sambil menadahkan tangan dan merasakan air hujan yang jatuh dari atap. Satu persatu pegawai kantor mulai hilang dan menyisakan senyap.

“Kamu nunggu siapa?” Aku melompat kaget, dan kutemukan Pak Wonwoo disampingku.

“Gak nunggu siapa siapa.. Pak” Cicitku.

“Oh.. Kenapa gak langsung pulang?”

“Iya, saya parkirnya agak jauh didepan, Pak, Jadi nunggu agak redaan dikit”

“Yaudah ayo saya anter kedepan..”

“Gak papa saya bisa jalan aja pak kedepan”

“Hujan”

“Iya nunggu reda sedikit”

“Kalau gak reda reda?”

“Terobos?”

Kita terdiam, ia tersenyum.

“Yaudah ayo kita terobos bareng aja..”

Gimana?

“G-gimana.. Pak?”

“Saya ada meeting online jam 10 nanti, ini udah jam 9 lewat. Mau terobos hujan bareng saya, gak? Saya memang gak bawa payung, tapi jas saya lumayan tebel.. Ayo?”

Kakiku juga sejujurnya sudah mulai lelah menunggu hujan reda didepan sini, matanya menatapku, menunggu jawaban.

“Gak papa, Pak?”

Sure.. Why not

Begitu kemudian ia membuka jas dan membentangnya. Ia naikan ke kepala dan menyuruhku mendekat.

“Maaf saya gak punya payung..” Aku menggeleng mengisyaratkan bahwa sama sekali tidak masalah, padahal, ini sudah lebih dari cukup.

Tukai ku dan tukainya seirama melangkah menginjak genangan genangan kecil dijalan. Bagaimana tangan kanan nya yang tidak sepenuhnya tertutup dari jas dan sedikit jadi basah, bagaimana tangannya yang lain buru buru memegang bahuku ketika aku hampir terpeleset, bagaimana wangi dari kemeja dan jasnya yang menyeruak. Yang terakhir, bukan sebuah poin penting, tapi Ryujin mungkin benar soal he got everything. Well, bukan secara material, but his responsibilities, he truly got it.